Mendag Target Harga Telur Turun dalam Sebulan

Home » Ekonomi » Mendag Target Harga Telur Turun dalam Sebulan
089204400_1678795223-Jelang_Ramadan_Harga_Telur_Ayam_Merangkak_Naik-IQBAL_4

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memastikan harga telur akan turun. Targetnya harga telur bisa turun dalam jangka waktu paling lama satu bulan. 

Harga telur berdasarkan Panel Harga Badan Pangan per 23 Mei 2023, secara rata-rata nasional berada di Rp 30.690 per kg. Sementara itu, harga per kabupaten/kota, kondisi terpantau beragam dan dinamis.

Harga telur termahal berada di Provinsi Papua Barat sebesar Rp 38.410 per kg, sedangkan termurah berada di Aceh sebesar Rp 26.540 per kg. “Kita akan lihat dulu-lah satu bulan ini,” jelas dia melansir Antara, seperti dikutip Selasa (23/5/2023).

Dia pun membuka opsi untuk kembali menyalurkan subsidi jagung agar harga salah satu pakan ternak itu terkendali, sehingga pada akhirnya dapat menurunkan harga telur yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir.

“Misalnya jagung rakyat mahal sampai Rp6.500, kami akan coba nanti misalnya Rp1,500 disubsidi, apakah untuk transportasinya, untuk lainnya, sehingga harga pakan juga terkendali,” kata Zulkifli Hasan.

Namu, lanjut dia, opsi subsidi harga jagung itu masih dikaji secara mendalam. Opsi subsidi itu muncul karena meningkatnya harga jagung sebagai komoditas utama pakan ternak mengalami kenaikan, yang pada akhirnya turut mengerek harga telur.

Jika opsi subsidi harga jagung itu diberikan, akan diprioritaskan untuk pemberian kepada petani lokal.

Menurut Zulhas, untuk mengendalikan harga telur saat ini, pemerintah juga akan meningkatkan produksi, selain mengkaji opsi pemberian subsidi harga jagung.

Kenaikan harga telur juga disebabkan oleh menurunnya produksi karena peremajaan induk yang dilakukan oleh peternak.

Hal ini merupakan imbas dari stagnasi harga telur dalam beberapa bulan terakhir, termasuk saat Ramadhan dan Lebaran 2023.

“Telur itu kan selama ini banyak sekali pengusaha telur yang tutup bangkrut karena harganya terlalu murah kemarin. Bahkan mau lebaran saja Rp25 ribu (per kilogram), Rp 26 ribu, bangkrut karena seharusnya harga jualnya  Rp28 ribu. Nah karena itu sebagian induknya diremajakan, potong, perlu waktu,” kata Zulhas.

Harga Telur Naik, Satgas Pangan Polri Turun Tangan Cari Solusi

Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri turun tangan langsung untuk mencari tahu penyebab harga telur yang melambung tinggi. Sekaligus mencari solusi agar harga yang beredar di pasaran bisa semakin terjangkau masyarakat.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Whisnu Hermawan mengatakan, dari hasil deteksi yang dilakukan kenaikan harga telur akibat dari kelangkaan bahan baku pakan ternak yang sulit didapat petani ternak ayam.

“Penyebab meningkatnya harga telur ayam ras antara lain, adanya kelangkaan bahan baku pakan ternak tersebut menyebabkan Harga Pakan Ayam yang tinggi hingga mencapai Rp 8.500 – Rp 8.700/kg,” kata Whisnu dalam keterangannya, Senin (22/5/2023).

Karena, komposisi bahan baku pakan ternak terdiri dari jagung, konsentrat, dan dedak bekatul alami kelangkaan pada bahan baku jagung. Akibat, produksi jagung dalam negeri yang belum mencukupi dan masih tergantung dengan impor.

“Tingginya harga pakan merupakan refleksi dari harga bahan baku pakan, sehingga menyebabkan tidak seluruh peternak ayam petelur dapat membeli pakan ternak. Sebagian peternak ayam petelur memilih untuk tutup dan peternak ayam petelur yang sanggup membeli pakan akan menaikan biaya produksinya,” katanya.

Sementara faktor lain, kata Whisnu, adanya pengaruh naiknya biaya transportasi atau angkutan. Pengaruh itu membuat harga telur ayam menjadi semakin naik

“Karena beberapa daerah belum bisa mencukupi kebutuhan Telur Ayam ras di daerahnya sehingga masih supply membutuhkan dari daerah lain. Tingginya permintaan kebutuhan masyarakat,” kata dia.

Satgas Pangan Polri Ungkap Penyebab Harga Telur Ayam Meroket, Ini Hasil Temuannya

Satgas Pangan Polri mengidentifikasi penyebab kenaikan harga telur ayam ras di sejumlah pasar berdasarkan hasil pemantauan di beberapa wilayah.

“Ada beberapa penyebab meningkatnya harga telur ayam ras,” kata Kepala Satgas Pangan Polri, Brigjen Whisnu Hermawan dilansir dari Antara, Senin (22/5/2023).

Penyebab pertama, kata Whisnu, kenaikan harga telur disebabkan adanya kelangkaan bahan baku pakan ternak, khususnya ayam petelur. Kondisi itu menyebabkan harga pakan ayam yang tinggi mencapai Rp 8.500 sampai Rp 8.700 per kilogram.

Menurut Whisnu, tingginya harga pakan merupakan refleksi dari harga bahan baku pakan, sehingga tidak semua peternak ayam petelur dapat membeli pakan ternak.

“Sebagian peternak ayam petelur memilih untuk tutup dan peternak ayam petelur yang sanggup membeli pakan akan menaikkan biaya produksinya,” jelasnya.

Kedua, biaya transportasi atau angkutan distribusi telur dari daerah penghasil telur ke daerah yang belum memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan telur cukup mahal.

“Beberapa daerah belum bisa mencukupi kebutuhan telur ayam ras di daerahnya, sehingga masih supply dari daerah lain,” tambahnya.

Ketiga, permintaan kebutuhan masyarakat akan telur ayam ras cukup tinggi, salah satunya untuk program pencegahan stunting yang dilakukan Pemerintah.

“Adanya bantuan sosial dan kebijakan dari Badan Pangan terkait stunting,” katanya.

Satgas Pangan Polri terus berupaya mencari solusi untuk mengendalikan harga serta ketersediaan telur ayam ras di masyarakat.

Solusi tersebut antara lain berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan instansi terkait untuk mempercepat realisasi importasi bahan baku pakan ternak karena terbatasnya stok dalam negeri.

“Satgas Pangan turun langsung ke para distributor dan sentra pasar untuk mengecek stabilitas harga dalam rangka menjaga kestabilan bahan pakan ternak, terutama jagung dan bahan pakan yang berasal dari impor,” jelasnya.

Kemudian, Satgas Pangan Polri juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memastikan kelancaran distribusi transportasi atau angkut terhadap bahan pakan ternak ke peternakan dan peternak ayam petelur ke konsumen.

“Satgas Pangan berupaya memangkas rantai distribusi yang bertujuan untuk mengurangi margin harga, sehingga harga di tingkat konsumen stabil sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan oleh pemerintah,” ujar Whisnu.